Peri Kecilku di Pantai Pok Tunggal

Pantai Pok Tunggal

Kicauan burung dan suara ombak membangunkanku pagi ini, mengalun indah di kedua telingaku. Pelan-pelan kucoba buka kedua mataku, hanya terlihat laut biru dan langit yang mulai membiru, kutengok ke belakang tampak teman-temanku masih tertidur lelap.

Hari ini Galau, sebutan dari Genk kami yang terdiri dari @riosuryas @rusyidalaila @helinuch @aldooorn @anislatifah @arfsyhrr ditambah @sifauziah dan @rakaraditya (Sebenarnya Galau masih ada @arkanr sama @miftahasanah, tapi mereka saat itu tidak ikut) pergi camping ke salah satu pantai di Wonosari, Pantai Pok Tunggal!

Cause we lost it all, Nothin’ lasts forever I’m sorry I can’t be perfect” “Bosen cuk…” celoteh Aldo kepadaku “Because tonight will be the night ,That I will fall for you over again don’t make me change my mind.” “nah gitu kan enak, biar kita bisa nyanyi bareng” sahut Aldo lagi, dan kemudian kami bernyanyi bersama sepanjang perjalanan.

Perjalanan kali ini terasa sangat jauh, mungkin karena sudah larut malam kami baru sampai ke Patuk yang artinya baru setengah perjalanan. Gelap, saat itu hanya terlihat sorotan lampu motor saja, kiri kanan sudah tidak terlihat apa-apa, bahkan rumah warga sulit dilihat. Belum lagi kami sempat nyasar

“kok kita gak sampai-sampai ya yek” sahut Aldo. “gak tau nih do, aku juga udah capek. Kata Usi sih deket Pantai Siung.” Bermodal informasi Deket Siung, kami memimpin perjalanan didepan. Pada suatu ketika ada pesimpangan Belok Kiri ke Siung – Belok Kanan ke Sundak. Tanpa ragu kukendarai Motor Putihku melaju ke kiri.

“Kok tempatnya asing ya do.” Tanyaku. “Gak tau yek coba Tanya aja nanti kalo ada warung.” Jawab Aldo sambil ngemut Tolak Angin kesayangannya.

Akhirnya kami pun berhenti disalah satu warung. “Permisi pak, Pantai Pok Tunggal dimana ya?” Tanyaku kepada Bapak-bapak Penjaga Warung. “Oh salah jalan mas, adeknya puter balik aja sekitar 8 KM nanti ke arah siung”. Aku pun mengangguk-angguk seraya berterimakasih dan berjalan menuju tempat teman-temanku berada.

“Eh sik kok kata bapaknya kita harus puter balik ya? Katanya deket suing?” Seruku kepada Usi.

“Oh yeah yek” sambil menganggukan kepalanya “kayaknya sih gitu yek.”

Akupun spontan memasang paras setengah senyum, “tapi sik, katanya deket Pantai Siung….”

“ya gak tau deh yek, perasaan sih iya” Jawab Usi kemudian

Dengan Paras seperempat Senyum akupun menjawab. “What, perasaan? jadi selama ini cuman perasaan? Cen koe sik, pfffftttttt ^#(@%&@*(#Q)%&*)”

Hari itu aku sadar, ternyata sok taunya Usi lebih besar daripada yang kuduga.

Tidak lama kemudian kami sampai di Pantai Pok Tunggal dan hujan mulai terasa, bergegas kami langsung menuju pinggir pantai untuk memdirikan tenda. Sayang sekali hujan terlalu deras sebelum tenda berdiri kokoh, alhasil tenda penuh dengan air hujan dan kami hanya berteduh di lapangan parkir. Ketika hujan mulai reda, Rio berinisiatif untuk membersihkan tenda dan Aldo yang sudah kelaparan meminta para Hawa untuk memasak

Disamping Rio membersihkan tenda, Aku, Aldo dan Raka membuat api unggun didepan tenda kami.

Satu jam kemudian. Masakan para Hawa telah siap dihidangkan di sekitar Api Unggun yang hangat. Tawa canda kami menghangatkan udara yang sangat dingin saat itu. Menyenangkan sekali.

Usai lelah bercanda sana-sini, satu persatu dari kami mulai berguguran tidur terlelap, mulai dari Heli, Shifa, Usi, Rio, Anis, Aldo, dan Raka. Aku? Aku masih menikmati malam itu begitu indah sembari melihat bintang yang terlihat seusai Hujan.

Didalam tenda Shifa, Rio, Usi, Anis sudah tertidur dengan lelap. Disamping kiriku Heli kemudian Raka dan Aldo juga sudah tertidur lelap.

Tak sengaja kulihat paras Heli yang sudah tertidur lelap. Lucu seperti biasanya. Paras lucu itu mengingatkanku pada masa lalu indah yang kita jalani bersama. Kenangan indah yang hanya kita saja yang tau, tanpa satu orangpun tau yang telah kita lewati bersama.

Kenangan itu kembali meluluhkanku malam itu, perasaan sayang itu muncul kembali setelah sekian lama kami kubur dalam-dalam.

Terlihat rambut yang sedikit keluar dari kerudung coklatnya, kucoba benahi rambutnya. Saat itu ingatanku kembali menguat, jantung terasa berdetak cepat dan semakin cepat. Dalam hatipun aku berkata

“hey perikecilku. Apa kabar kamu sekarang? Semoga baik-baik aja. Aku disini juga baik-baik aja. Hey peri kecilku, tak mudah untukku melupakan semuanya, pasti kamu juga”

Semua telah berubah. Aku yakin kita sudah melewati masa dimana kita merindukan satu-sama lain, dimana kita tidak berhubungan dengan waktu yang cukup lama, gengsi atau hanya sekedar ingin saling melupakan. Untukku tak mudah melewati semua itu, tapi pada saat itu aku tau ini terbaik buat kita.

Walau perasaan itu menghinggapiku kembali, yang jelas aku tau. Mencintaimu dalam doa lebih baik daripada harus memilikimu dengan Raga. Aku tidak akan memaksakan kehendaku untuk memilikimu lagi. Melihatmu tersenyum kembali lebih menyenangkan untukku. Biar semua tetap menjadi cerita indah diantara kita berdua. Cerita yang bisa kita kenang sewaktu-waktu. Goodnight Peri Kecil.

Inilah perasaanku sesungguhnya tanpa ada seorangpun yang tau, akupun sebenarnya berharap tidak ada yang membaca tulisan ini dan pertanyaan yang paling sulit untuk aku jawab adalah pertanyaan “Kalo kamu balikan lagi sama Heli gimana yek?”. Pertanyaan ini menurutku lebih susah daripada Ujian Nasional. Aku sama sekali tidak bisa menjawabnya, hanya saja untuk saat ini mencintaimu dalam doa lebih baik daripada harus memilikimu dengan Raga

Baiklah, tugas saya untuk menulis sudah terlaksana.
Tugas kalian? Tugas kalian adalah menertawakan saya dan tulisan saya.
Selamat tertawa.

One thought on “Peri Kecilku di Pantai Pok Tunggal

Leave a comment