10 Review Indonesian Recommended Book

mungkin terasa sedikit terabaikan, yahhh lagi menyusun blog pribadi sih, yang semoga aja bisa launching jadi buku.

sekarang aku bakal bawa kalian review ( melihat ulang?? ) buku-buku indonesia kelas dunia. ya menurutku sih

1. Laskar Pelangi (Tetralogi Laskar Pelangi, Buku 1)
oleh : Andrea Hirata

Begitu banyak hal menakjubkan yang terjadi dalam masa kecil para anggota Laskar Pelangi. Sebelas orang anak Melayu Belitong yang luar biasa ini tak menyerah walau keadaan tak bersimpati pada mereka. Tengoklah Lintang, seorang kuli kopra cilik yang genius dan dengan senang hati bersepeda 80 kilometer pulang pergi untuk memuaskan dahaganya akan ilmu—bahkan terkadang hanya untuk menyanyikan Padamu Negeri di akhir jam sekolah. Atau Mahar, seorang pesuruh tukang parut kelapa sekaligus seniman dadakan yang imajinatif, tak logis, kreatif, dan sering diremehkan sahabat-sahabatnya, namun berhasil mengangkat derajat sekolah kampung mereka dalam karnaval 17 Agustus. Dan juga sembilan orang Laskar Pelangi lain yang begitu bersemangat dalam menjalani hidup dan berjuang meraih cita-cita. Selami ironisnya kehidupan mereka, kejujuran pemikiran mereka, indahnya petualangan mereka, dan temukan diri Anda tertawa, menangis, dan tersentuh saat membaca setiap lembarnya.

Buku ini dipersembahkan buat mereka yang meyakini the magic of childhood memories, dan khususnya juga buat siapa saja yang masih meyakini adanya pintu keajaiban lain untuk mengubah dunia: pendidikan

2. Bumi Manusia
oleh : Pramoedya Ananta Toer

Roman Tetralogi Buru mengambil latar belakang dan cikal bakal nation Indonesia di awal abad ke-20. Dengan membacanya waktu kita dibalikkan sedemikian rupa dan hidup di era membibitnya pergerakan nasional mula-mula, juga pertautan rasa, kegamangan jiwa, percintaan, dan pertarungan kekuatan anonim para srikandi yang mengawal penyemaian bangunan nasional yang kemudian kelak melahirkan Indonesia modern.

Roman bagian pertama; Bumi Manusia, sebagai periode penyemaian dan kegelisahan dimana Minke sebagai aktor sekaligus kreator adalah manusia berdarah priyayi yang semampu mungkin keluar dari kepompong kejawaannya menuju manusia yang bebas dan merdeka, di sudut lain membelah jiwa ke-Eropa-an yang menjadi simbol dan kiblat dari ketinggian pengetahuan dan peradaban.

Pram menggambarkan sebuah adegan antara Minke dengan ayahnya yang sangat sentimentil: Aku mengangkat sembah sebagaimana biasa aku lihat dilakukan punggawa terhadap kakekku dan nenekku dan orangtuaku, waktu lebaran. Dan yang sekarang tak juga kuturunkan sebelum Bupati itu duduk enak di tempatnya. Dalam mengangkat sembah serasa hilang seluruh ilmu dan pengetahuan yang kupelajari tahun demi tahun belakangan ini. Hilang indahnya dunia sebagaimana dijanjikan oleh kemajuan ilmu …. Sembah pengagungan pada leluhur dan pembesar melalui perendahan dan penghinaan diri! Sampai sedatar tanah kalau mungkin! Uh, anak-cucuku tak kurelakan menjalani kehinaan ini.

“Kita kalah, Ma,” bisikku.

“Kita telah melawan, Nak, Nyo, sebaik-baiknya, sehormat-hormatnya.”

3. 5 cm
oleh : Donny Dhirgantoro

“Mimpi-mimpi kamu, cita-cita kamu, keyakinan kamu, apa yang kamu mau kejar, biarkan ia menggantung, mengambang 5 centimeter di depan kening kamu. Jadi dia nggak akan pernah lepas dari mata kamu. Dan kamu bawa mimpi dan keyakinan kamu itu setiap hari, kamu lihat setiap hari, dan percaya bahwa kamu bisa.
Apa pun hambatannya, bilang sama diri kamu sendiri, kalo kamu percaya sama keinginan itu dan kamu nggak bisa menyerah. Bahwa kamu akan berdiri lagi setiap kamu jatuh, bahwa kamu akan mengejarnya sampai dapat, apapun itu, segala keinginan, mimpi, cita-cita, keyakinan diri..
Biarkan keyakinan kamu, 5 centimeter mengambang di depan kening kamu. Dan… sehabis itu yang kamu perlu cuma kaki yang akan berjalan lebih jauh dari biasanya, tangan yang akan berbuat lebih banyak dari biasanya, mata yang akan menatap lebih lama dari biasanya, leher yang akan lebih sering melihat ke atas, lapisan tekad yang seribu kali lebih keras dari baja, dan hati yang akan bekerja lebih keras dari biasanya, serta mulut yang akan selalu berdoa..
Keep our dreams alive, and we will survive..
[5cm]”

4. Ronggeng Dukuh Paruk
oleh : Ahmad Tohari

This book is about a true love between a man an a woman (a dancer). But not like other romans which mostly tend to be a melodrama, this book has been succesfully raise social issues of a certain ethnic group in Indonesia that makes the roman of the two lovers, somehow, is complicated.

The author is one the Indonesia’s legend writer, who is known for his excellence in writing beautiful descriptions of nature, in a way that it touches our soul. And that, makes his story beautiful and very strong.

This book has been a subject of research of thesis in Japan, or elsewhere and has been translated to several languages including English and Germany.

5. Robohnya Surau Kami
oleh : A.A. Navis

Dalam cerpen “Robohnya Surau Kami”, berdialoglah Tuhan dengan Haji Saleh, seorang warga negara Indonesia yang selama hidupnya hanya beribadah dan beribadah…
“kenapa engkau biarkan dirimu melarat, hingga anak cucumu teraniaya semua. Sedang harta bendamu kau biarkan orang lain yang mengambilnya untuk anak cucu mereka. Dan engkau lebih suka berkelahi antara kamu sendiri, saling menipu, saling memeras. Aku beri kau negeri yang kaya raya, tapi kau malas. Kau lebih suka beribadat saja, karena beribadat tidak mengeluarkan peluh, tidak membanting tulang. Sedang aku menyuruh engkau semuanya beramal di samping beribadat. Bagaimana engkau bisa beramal kalau engkau miskin. Engkau kira aku ini suka pujian, mabuk disembah saja, hingga kerjamu lain tidak memuji-muji dan menyembahku saja.
Tidak…” Semua jadi pucat pasi tak berani berkata apa – apa lagi. Tahulah mereka sekarang apa jalan yang diridai Allah di dunia.

6. Burung-Burung Manyar
oleh : Y.B. Mangunwijaya .B. Mangunwijaya

Roman tentang “anak kolong” yang hidup dalam pergolakan kemerdekaan Indonesia dan justru berpihak kepada Belanda. Peraih Ramon Magsasay Award 1996.

Setadewa dan Larasati berkawan karib sejak kecil. Setadewa lahir sebagai anak kolong, anak serdadu yang tinggal di tangsi. Bapaknya, Kapten Brajabasuki, adalah seorang kapten pada KNIL, tentara Hindia Belanda. Ibunya bernama Marice, seorang perempuan keturunan. Kapten Brajabasuki hilang tak berjejak ketika kependudukan Jepang. Kemudian Marice menjadi gundik Jepang, meski ia tak menginginkannya. Ia dipaksa keadaan: kalau ia tak mau menjadi gundik, suaminya, ayah Teto, akan mati. Setelah dewasa, Teto memilih menjadi tentara Belanda. Ia menemui Mayoor Verbruggen dengan membawa serta surat ibunya. Ternyata Mayoor Verbruggen adalah mantan kekasih ibunya. Alasan Teto memilih menjadi tentara NICA adalah kesumat kepada Jepang yang telah memaksa maminya menjadi gundik. Ia juga berpikir orang-orang yang menentang Belanda adalah pengkhianat—termasuk orang-orang Republik.

Sementara itu, Larasati atau Atik adalah gadis nasionalis yang sangat membenci Belanda. Bahkan, ia bekerja sebagai relawan administrasi di lembaga milik pemerintah Indonesia. Meski begitu, Teto tetap mencintai Atik dan menghormati keluarga Antana. Setelah Belanda kalah, Teto hengkang dari Indonesia. Ia menjadi ahli komputer dan manajer produksi Pasific Oil Wells Company. Suatu saat, Setadewa kembali ke Indonesia dan tanpa direncanakan ia menghadiri ujian disertasi Atik. Pada acara tersebut, dia tidak menemui Atik. Justru Atik dan suaminya, Janakatamsi, yang mengunjungi Teto di tempat ia menginap. Atik mengajak Teto ke rumahnya untuk bertemu dengan Bu Antana, yang kemudian meminta agar Teto bersedia menjadi kakak bagi Atik. Suatu kecelakaan merenggut nyawa Atik dan Janakatamsi, suaminya, ketika mereka hendak berangkat beribadah haji. Jadilah ketiga anak mereka yatim piatu. Kemudian Setadewa menganggap ketiga anak Atik dan Jana sebagai anak*-anaknya sendiri. Ia pun tak menikah lagi. Baginya, cukup Bu Antana yang menjadi ibu sekaligus nenek bagi ketiga anak itu.

7. Sitti Nurbaya: Kasih Tak Sampai
oleh : Marah Rusli

this story is identical with arranged-marriage. however, the main idea isn’t about it. however, it is siti nurbaya herself who accept datuk mariggi’s proposal. so where the arrangement for the marriage, actually?

somehow, i dont like what siti nurbaya did by marrying datuk. but its a choice. and it makes my rate lose one star from “i really like it” to only “i like it”

8. Supernova: Ksatria, Puteri, dan Bintang Jatuh
oleh : Dee

Dhimas dan Ruben adalah dua orang mahasiswa yang tengah menuntut ilmu di negeri Paman Sam. Dhimas kuliah di Goerge Washinton University, dan Ruben di John Hopkins Medical School. Mereka bertemu dalam suatu pesta yang meriah, yang diadakan oleh perkumpulan mahasiswa yang bersekolah di Amrik. Pertama kali bertemu mereke terlibat dalam percakapan yang saling menyudutkan satu samalain, hal tersebut dikarenakan oleh latar belakang mereka, Dhimas berasal dari kalangan The have, sedangkan Ruben, mahasiswa beasiswa. Tetapi setelah Ruben mencoba serotonin, mereka menjadi akrab membincangkan permasalahan iptek, saint, sampai acara buka-bukaan bahwa Ruben adalah seorang gay. Ternyata tak disangka-sangka bahwa Dhimas juga adalah seorang gay. Maka jadilah mereka sepasang kekasih, meskipun mereka tidak pernah serumah dalam satu apartemen. Bila ditanya mereka menjawab supaya bisa tetap kangen, tetap butuh usaha bila ingin bertemu satu sama lainnya. Dalam pertemuan di pesta tersebut mereka telah berikrar akan membuat satu karya. Satu masterpiece. Satu tulisan atau riset yang membantu menjembatani semua percabangan sains. Roman yang berdimensi luas dan mampu menggerakkan hati banyak orang.

9. Aku Ini Binatang Jalang
oleh : Chairil Anwar, Pamusuk Eneste (Editor)

Koleksi Sajak 1942-1949

Selama ini kita tidak bisa menemukan sajak-sajak Chairil Anwar dalam satu buku. sebagian kita temukan dalam Deru Campur Debu dan Kerikil Tajam dan Yang Terampas dan Yang Putus, sedangkan sebagian lagi kita jumpai dalam Tiga Menguak Takdir dan Chairil Anwar Pelopor Angkatan 45. Akan tetapi, sajak-sajak yang terdapat dalam pelbagai buku itu sekarang disatukan dalam Aku Ini Binatang Jalang.

Selain keseluruhan sajak-asli, dalam koleksi ini juga dimuat untuk pertama kalinya surat-surat Chairil – yang menggambarkan “keadaan jiwa”nya – kepada karibnya, H.B. Jassin.

10. Saman
oleh : Ayu Utami

The story of an Indonesian activist told by a young female Javanese expat living in NYC and working for a human rights NGO. The writing is evocative, even sensual at times, and despite some rough edges it manages to paint a very convincing and fairly tragic picture of poor rural Indonesian communities being exploited and killed under the nose of a numb, corrupt state.

Against this setting, Saman, a former priest, stands up for a small community being violently pressured to sign over their lands to a new palm oil plantation. He is then captured, imprisioned and tortured, and manages to escpae. Saman’s moral, political and philosophical digressions make for engaging reading, as does his sexual “awakening” later on. Sex, actually, playes a larger role in this novel than I would have suspected, putting in pretty stark relief the intense sexual repression in Indonesian society, particularly the smaller and more rural ones

Selamat Membeli bukunya 😀

Leave a comment